Kisah Dewi Trijata

Masih ingat kisah cinta segitiga Sri Rama, Dewi Sita, dan Rahwana dalam epos epik berjudul Ramayana?
Merujuk pada artikel sebelumnya mengenai infografik Ramayana, dalam artikel ini penulis ingin mengungkapkan kisah tersembunyi dari Ramayana, yang bukan berasal dari tokoh utama, yang jarang terekspos, namun cukup dapat memberikan pelajaran moral untuk kita para pembaca.
Kisah apa itu?



"Dewi Trijata"


Kisah ini adalah kisah dari Dewi Trijata, yang merupakan seorang perempuan cantik berwatak pemberani dan merupakan putri dari Wibisana, adik dari Rahwana. Dewi Trijata diberi tugas oleh Rahwana untuk menjaga dan melayani Dewi Sita yang saat itu ditahan di Alengka. Dewi Trijata, yang juga adalah seorang wanita, paham betul perasaan Dewi Sita sehingga kemudian Dewi Sita banyak bercerita mengenai kepedihan dan kesedihannya, kerinduannya terhadap suaminya, serta kebenciannya terhadap Rahwana.



“ Dewi Sita dan Dewi Trijata di taman Asoka”



Dewi Trijata selalu mendengarkan dan melayani Dewi Sita dengan sungguh-sungguh, bahkan ia rela menjadi tameng penghalang diantara Dewi Sita dan Rahwana ketika pamannya itu sedang marah karena Dewi Sita terus-menerus menolak ajakannya untuk memadu kasih. Saking marahnya, Rahwana meluncurkan kutukan pada Dewi Trijata bahwa di masa depan ia akan menikah dengan seekor kera tua. Betapa sedihnya Dewi Trijata setelah Rahwana melontarkan kutukan pada dirinya seperti itu, namun kemudian Dewi Sita menghiburnya dengan mengatakan bahwa ia akan memohon kepada Dewata supaya setidaknya anak dari Dewi Trijata nanti akan menikah dengan Raja.

Selain mengenai kutukan, kisah cinta Dewi Trijata bisa dibilang cukup menyedihkan. Kisah cintanya diawali dengan seringnya ia mendengarkan cerita-cerita Dewi Sita tentang kesaktian suaminya Rama, dan kesetiaan dan ketangguhan Laksmana, adik Rama. Dewi Trijata tertarik dengan cerita-cerita Dewi Sita mengenai Laksmana, dan ketertarikan itu berbuah menjadi cinta meskipun ia belum pernah bertemu ataupun mengenal Laksmana secara langsung. Kesempatan untuk bertemu langsung dengan Laksmana datang ketika Dewi Sita meminta tolong pada Dewi Trijata untuk memeriksa kebenaran mengenai berita kematian Rama dan Laksmana yang tersebar di Alengka.

Dewi Trijata menyanggupi permintaan Dewi Sita dan berangkat menuju perkemahan milik pasukan Rama. Setiba di perkemahan, Dewi Trijata bertemu langsung dengan Laksmana dan benar-benar jatuh cinta. Namun, sangat disayangkan Laksmana harus menolak Dewi Trijata karena ia telah bersumpah tidak akan menyentuh wanita. Dewi Trijata yang sangat kecewa memutuskan untuk kembali ke Alengka. Namun, di tengah perjalanan ia bertemu dengan Jembawan yang jatuh cinta pada Dewi Trijata. Jembawan sejatinya adalah manusia setengah kera yang merupakan pengasuh dan pengikut Hanoman. Jembawan sadar dirinya sudah tua dan tidak sesuai dengan perempuan secantik Dewi Trijata, sehingga ia meminta kepada Dewata untuk mengubah penampilannya menjadi mirip dengan Laksmana. Dewi Trijata yang saat itu sedang dirundung kekecewaan hebat terhadap Laksmana, langsung terpikat pada Jembawan tanpa banyak berpikir.
 
Kejadian mengenai adanya Laksmana palsu terdengar oleh Rama sehingga ia mengutus Laksmana adiknya yang asli untuk menyelesaikan masalah tersebut. Singkat cerita, Laksmana asli berhasil menang atas pertarungan dengan Jembawan dan wujud aslinya pun terkuak. Sri Rama yang mengetahui hal itu akhirnya menikahkan Jembawan dengan Dewi Trijata, selain karena Jembawan sangat berjasa dalam perang melawan Alengka, ia juga sungguh-sungguh mencintai Dewi Trijata. Dewi Trijata tersadar bahwa kutukan yang ia dapat dari Rahwana benar-benar terjadi, sehingga meskipun ia tidak benar-benar mencintai Jembawan (karena cintanya pada Laksmana) ia rela menikah dengan Jembawan, yang melahirkan seorang putri jelita bernama Jembawati. Jembawati ini nantinya akan menikah dengan Prabu Kresna, Raja Dwarawati.

Dalam wayang versi Jawa, Dewi Trijata diceritakan jatuh cinta pada Hanoman ketika Hanoman sedang melaksanakan tugas dari Rama untuk melihat keadaan Dewi Sita. Jembawan disini menyamar menjadi Hanoman, namun Dewi Trijata dapat melihat bahwa Jembawan yang menyamar itu bukanlah Hanoman yang sebenarnya. Diceritakan pula, secara tidak sengaja, Hanoman dan Dewi Trijata menciptakan anak yang tidak disadarinya dan bernama Trigangga, dimana nantinya Trigangga membantu Rama dalam perang melawan Alengka.

Sepanjang hidupnya, penulis melihat, Dewi Trijata jarang merasa bahagia. Berbeda dengan Dewi-dewi dan putri-putri raja lainnya, Dewi Trijata hidup di negara yang berisi raksasa-raksasa berwatak menyeramkan. Meskipun demikian, ia dapat memilih jalan hidupnya menjadi seseorang yang baik hati dan pemberani. Kisah cintanya juga tergolong menyedihkan, dimana ia harus rela menjalani hidupnya bersama orang yang tidak benar-benar ia inginkan. Disini sedikit terlihat bahwa perempuan lebih mengutamakan perasaan daripada logika, yaitu saat Dewi Trijata dihadang oleh Jembawan yang menyamar menyerupai Laksmana. Ia tidak berpikir cukup panjang bagaimana mungkin Laksmana yang sudah menolaknya dan bersumpah untuk tidak menyentuh wanita, bisa hadir di hadapannya dan mau berkasih-kasih dengannya. Akibatnya ia harus menikah dengan Jembawan dan memiliki anak bernama Jembawati.

Pesan moral yang paling kuat dari cerita ini adalah, sepanjang kehidupan ini, kita tidak selalu berhasil memperoleh hal-hal yang kita inginkan. Meskipun oleh kita sendiri tampaknya baik, namun belum tentu itu baik di mata yang lain. Ada hal-hal yang tidak bisa kita peroleh semuanya, meskipun sudah bekerja keras. Manusia hanya bisa berencana dan berusaha sebaik yang ia bisa, namun hasil akhirnya hanya Tuhan yang bisa menentukan.

Terimakasih sudah membaca! J


-Pratiwi Wandansari-

4 comments: